Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘travelogues’ Category

09 Juli – 18 Juli 2013 (10 hari)

Rute : Jakarta – Manila – Seoul – Sokcho – Seoul – Busan – Manila – Singapore – Jakarta

Penerbangan:

09 Juli 2013 Jakarta – Manila : Cebu Pacific Air

10 Juli 2013 Manila – Seoul : Cebu Pacific Air

11 Juli 2013 Seoul – Sokcho : Bus

16 Juli 2013 Seoul – Busan : Slow Train from Seoul Station

17 Juli Busan – Manila : Cebu Pacific Air

18 Juli 2013 Manila – Singapore : Cebu Pacific Air

18 Juli 2013 Singapore – Jakarta : Jet Star

Akomodasi:

Manila : Tune Hotel Makati (1 malam)

Seoul : Jay’s Duplex Apartment (seberang Seoul Station persis : 5 malam)

Busan : Ibis Hotel (1 malam)

 

Read Full Post »

30 September 2012

Tiba di hari ke-2, hari ini kami merencanakan ke tempat yang agak jauh dari kota Makasar yaitu Taman Nasional Bantimurung. Tapi sebelum memulai perjalanan kesana, kami sarapan coto makasar di coto makasar nusantara yang letaknya tidak jauh dari hotel kami. Kami tidak mengira tempatnya akan ramai sehingga perlu mengantri dan agak rebutan tempat duduk, berat juga ya sarapannya orang makasar, pagi-pagi sudah makan jeroan dan teman-temannya. Harganya cukup murah yaitu 14rb ditambah ketupat 1rb perbiji dan es teh tawar gratis! Rasanya enak dan menggiurkan, tapi buat yang tidak biasa, makanan ini terlalu berat sebagai sarapan.

Selesai sarapan kami ke lapangan Karebosi hanya untuk melihat-lihat karena ternyata tidak boleh masuk ke dalam lapangannya.karebosi

karebosi

Karebosi ini menjadi meeting point kami dengan temannya venny yang tinggal di Makasar dan bersedia mengantar kami ke Bantimurung, lumayan ada tour guide asli orang Makasar 😀

Perjalanan pun dimulai, lamanya kurang lebih 2 jam disertai macet. Kami tiba disambut lambang kupu-kupu besar dan tulisan taman nasional Bantimurung yang dipasang di bukit seperti tulisan Hollywood.

bantimurung

bantimurung

Kami sempat berhenti sebentar untuk foto di depan pintu masuk. Harga tiket masuk 15rb per orang, ternyata sangat ramai! Mungkin karena hari minggu ya.

bantimurung

bantimurung

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah air terjun yang menjadi ikon taman nasional ini, air terjunnya ramai dengan orang bermain air atau sekedar dipijat dengan tekanan dari air terjun, selain itu ada juga yang menyewa ban dan main perosotan. Saya dan venny tidak mencoba karena kami tidak siap dengan baju ganti dan saya bawa kamera yang tidak mungkin ditinggal, tapi alasan paling utama sih karena tempatnya ramai sekali.

bantimurung

Setelah puas dengan hanya melihat-lihat air terjun, kami berjalan lagi dengan menaiki tangga dan menemukan ada wisata goa yang tampaknya menarik, dengan hanya membayar 1orb untuk menyewa senter serta 50rb untuk tour guide, kami pun masuk ke goa.

bantimurung

bantimurung

Di dalam, kami dijelaskan tentang asal muasal dan proses pembentukan batu batu yang bertahun tahun, kami juga menemukan mata air yang tidak pernah habis, kata si tour guide.

bantimurung

Lalu ada juga tempat yang zaman dulu digunakan sebagai tempat semedi.

banimurung

Venny berpose di dalam goa.

bantimurung

Di akhir perjalanan sang tour guide bilang ada mitos yaitu, kalau kita terpeleset dan jatuh maka kita akan bertemu dengan jodoh kita :))

Setelah selesai berjalan di dalam goa, kami menyusuri jalan pulang, di jalan kami melihat ada kolam yang warna airnya berwarna hijau toska yang sangat indah dilihat mata.

bantimurung

Menurut saya, bantimurung ini sebenarnya sangat indah, ada air terjun, sungai, kolam yang warna airnya sangat indah, goa yang bisa ditelusuri, lengkap! yang disayangkan hanya kebersihan saja, banyak sampah yang terlihat dibuang sembarangan oleh pengunjung dan sepertinya fasilitasnya kurang di maintain oleh pengelolah sehingga ada beberapa fasilitas yang terlihat sudah tua dan tidak terawat.

Setelah puas di bantimurung, kami langsung ke bandara. Selesailah sudah perjalanan kami di Makasar yang cuma 2 hari ini. Belum puas sih karena masih ada pulau-pulau di sekitaran makasar yang belum dijelajahi, mungkin lain waktu dan kesempatan akan kembali ke makasar.

Read Full Post »

29 September 2012

Makasar, salah satu kota di pulau Sulawesi yang terkenal dengan kuliner dan wisata alamnya, saya belum pernah menginjakan kaki di pulau Sulawesi, makanya saat citilink promo harga tiket ke Makasar dengan hanya 300rb pulang pergi langsung saya ambil dengan niat hanya wiken getaway bersama teman kantor Venny. Tiket kami beli jauh hari sekali sehingga hampir saja kami lupakan, dan saat menjelang hari H ternyata jadwal penerbangan berubah, dari berangkat subuh menjadi pagi, sehingga sore baru tiba di Makasar. Tadinya kami mau batalkan keberangkatan karena waktu yang menjadi sangat singkat di Makasar-nya, tapi karena sudah siap semua dan tinggal berangkat akhirnya kami memutuskan tetap pergi.

Tibalah hari keberangkatan, saya sangat penasaran dengan cerita orang yang mengatakan kalau Makasar punya bandara terbaik untuk wilayah Indonesia Timur. Saat tiba, ternyata benar yang dikatakan orang, bandara-nya bagus dan bersih, bangunannya terlihat baru dan terawat.

Sultan Hasanuddin Airport

Sultan Hasanuddin Airport

Setiba di Sultan Hasanuddin, kami berjalan menuju bus Damri yang letaknya di sebelah kiri pintu keluar, jangan kaget dengan antusias warga di luar bandara yang menawarkan taxi, hotel dan tur. Mereka sampai mengikuti kita walaupun kita sudah bilang tidak. Perjalanan naik Damri ini cukup nyaman dan murah hanya 15rb sampai di tempat, karena ternyata hotel kami dilewati jalur Damri 😀 Sampai di hotel, kami check in dan langsung makan siang nasi kuning yang katanya terkenal disana dimana seporsinya 25rb (porsinya banyak sekali).

Perut kenyang, kami melanjutkan perjalan pertama kami yaitu ke Paotere (pelabuhan) dengan taxi. Disana kami disambut dengan kapal-kapal yang sedang berlabuh diisi dengan berbagai macam barang yang siap didistribusikan. Model kapal yang ada disini masih berupa kapal kayu dan tradisional, dari sini juga kami ditawarkan untuk menyebrang antar pulau, yang sayangnya kami lewatkan karena keterbatasan waktu.

Paotere

Paotere

 paotere

Destinasi kedua kami adalah ke benteng Fort Rotterdam dengan naik becak (becak kendaraan yang lumayan banyak disini) sepanjang jalan banyak toko yang menjual makanan khas makasar, tidak tahan, kami mampir ke salah satu toko yang menjual pisang ijo seharga 15rb dan lumpia seharga 3.5rb per biji, pisang ijo-nya sangat segar dimakan saat cuaca panas dan rasanya tidak terlalu manis tapi pas! :pWarung Bravo

Setelah makan, cuaca sangat panas sehingga kami memutuskan naik taxi ke Fort Rotterdam. Sampai disana, kita harus membeli tiket masuk seharga 5rb dan ada sumbangan sukarela. Fort Santiago merupakan satu kawasan yang isinya bangunan dan benteng dengan warna cat dan bentuk bangunan yang unik.

Fort Rotterdam

Fort Rotterdam

Selain bangunan utuh, ada bangunan yang sudah  berupa puing juga.

Fort Rotterdam

Di dalam kawasan ini ada museum La Galigo tapi kami tidak masuk karena tidak begitu tertarik, disini juga ada ruang tahanan P. Diponegoro.

Fort Rotterdam

Puas berkeliling di Fort Rotterdam, kami memutuskan kembali ke hotel dan beristirahat tidur siang, karena cuaca yang panas sekali.

Pukul 4 sore, kami berangkat dengan becak ke pantai Losari. Kesan pertama, pantai ini ramai sekali dan agak kotor, di pinggir pantai banyak penjual makanan, airnya juga tidak terlalu jernih, saat kami datang sedang dipersiapkan panggung musik yang menambah kebisingan di pantai ini.

Losari

Kami naik bebek bebekan dengan membayar 10rb dan berkeliling seputaran pantai 😀

Losari

 Sambil menunggu sunset, kami makan jajanan pisang yang diberi kuah gula merah bernama epe yang rasanya nikmat dimakan di pinggir pantai.

epe

Sunset pun tiba.

Losari

Setelah menikmati sunset, kami makan malam sop konro seharga 45rb per porsi yang menurut saya masih lebih enak sop konro di tanjung perak surabaya :p tidak apa-apa yang penting sudah merasakan sop konro asli makasar..nyummm

sop konro

Sekian hari pertama kami di Makasar.

Read Full Post »

Yes! Berkat poin GFF bang Fery yang jumlahnya 15.600 kami bisa dapat tiket gratis dengan tukar poin saja, kebetulan penukaran poin lagi sale 25% utk penerbangan sd Maret 2014, setelah baca e-mailnya dan berdiskusi, akhirnya kami memutuskan menukar poin dengan tiket Jakarta-Tanjung Pandan pp untuk 2 orang tanggal 7-9 Maret 2014, walaupun bang Fery sudah pernah kesana, tapi saya kan belum pernah :))
Setelah pembelian tiket, saya pun mulai browsing paket tour bangka belitung, antara lain wisata kita, belitung island, dll, semuanya menawarkan rute perjalanan yang sama dengan harga yg bervariasi. Sebenarnya harga paket tour tidak terlalu mahal kalau jumlah pesertanya mencapai 10 orang, yakni kurang lebih satu jutaan, tapi berhubung kami cuma berdua, harganya dikisaran 2.5jt per orang untuk 3 hari 2 malam, kalau berdua bisa habis 5jt belum termasuk uang saku.
Alternatif kedua, saya berpikir untuk tidak ikut tour alias jalan sendiri, saya pun teringat ada teman yang dulu pernah cerita ke belitung tanpa tour, saya pun meminta copy itinerary yg dia buat 😀
Pertama saya hubungi driver (Pak Wahyu 081367534511) untuk sewa mobil, sekarang tarifnya 500rb/hari include driver dan bbm, lalu dia bisa bantu untuk sewa kapal 400rb/hari, sewa alat snorkling dan life vest masing-masing 25rb. Akomodasi Bukit Berahu Resort (081929599808) belum ada tarif baru untuk Maret 2014, sehingga saya estimasikan naik 20% menjadi 300rb/malam. Makan 7x @100rb menjadi 1.4jt untuk berdua. Total 3.5jt!
Mungkin masih bisa di hemat di biaya makan sehingga total bisa lebih murah lagi, tapi ini adalah estimasi termahal.
Ada plus minusnya jalan sendiri atau dengan tour, yang pertama waktu lebih fleksibel dan bisa sesuai dengan kehendak kita mau kemana atau makan dimana, harga juga lebih murah, cuma perlu ekstra usaha untuk booking sana sini. Keuntungan tour yaitu kita tinggal bawa badan dan nikmati yang disediakan oleh pihak tour, tapi waktu tidak fleksibel dan kalau ada gangguan cuaca uang hangus. Nanti kami akan berdiskusi mana yang lebih tepat untuk kami 😀
Walaupun masih lama, tapi saya sudah semangat membayangkan akan kesana, mungkin karena sudah lama tidak lihat pantai ya.

Read Full Post »

Labuan Bajo

Senin, 20 Agustus 2012

Keesokan paginya kami belum merencakan akan melakukan apa pagi ini, dimulai dengan sarapan yang ternyata cukup enak di hotel. Lalu berawal dari bercerita dengan ibu pemilik hotel, kami diajak ke pasar tradisional untuk membeli kain rajutan, lalu kami diantar juga ke tempat oleh-oleh yang letaknya di depan bandara. Di tempat oleh-oleh ini kita bisa membeli kaos seharga Rp70rb-an, kopi Rp25rb-an, tas, pajangan, tempelan kulkas Rp15rb-an dan berbagai macam barang lainnya. Selesai membeli oleh-oleh, kami diantar lagi ke tempat jualan dengdeng ikan, lalu diantar makan siang ke warung namanya Artomoro yang letaknya di pinggir jalan. Warung ini menyediakan berbagai macam penyetan ayam, cumi, ikan, dll. Selesai makan siang, kami kembali ke hotel, lalu berkemas dan menuju bandara.

Bandara Labuan Bajo masih dalam pembangunan, kondisi bandara yang sekarang sangat menyedihkan, mesin X-Ray ada, tapi tidak dipakai, timbangan digital, tapi mesinnya sudah tua, lalu boarding pass masih ditulis manual. Ada beberapa meja tempat check-in, tapi yang buka hanya 1.

Harga airport tax disini Rp11rb, Rp10rb untuk pajak dan Rp1,000 untuk check-in. Murah sekali ya, sebanding lah dengan fasilitas yang apa adanya. Setelah itu kami menunggu di waiting room dan tepat sesuai jadwal, pesawat merpati kami datang.

Sampai jumpa Labuan Bajo, doakan saya bisa kembali ke kota ini!

Read Full Post »

Minggu, 19 Agustus 2012

Rinca Island & Kelor Island

Selamat hari Minggu! ya, saya hampir lupa kalau hari ini hari minggu, karena hidup di kapal selama 4 hari membuat kita lupa jam dan hari. Pagi ini kami menikmati sunrise terakhir kami di kapal. 

Tak terasa hari ini perjalanan kami akan segera berakhir, agak sedih karena tidak ingin segera berakhir, tapi agak senang karena sebentar lagi akan mandi setelah 4 hari 3 malam tidak mandi 😀

Hari ini agendanya adalah ke Rinca Island dan Kelor Island. Mungkin sudah banyak yang baca kalau di pulau Rinca kita akan menemukan komodo yang lebih agresif dibanding komodo di pulau Komodo kemarin. Seperti biasa, pertama kami diberikan briefing yang isinya hampir sama dengan briefing kemarin di pulau Komodo, bedanya disini kami memilih medium track, selain itu di pulau ini wanita yang sedang haid tidak diperbolehkan masuk, untungnya saya sudah memperkirakan hal tersebut dan sudah minum primolut (obat yang salah satu fungsinya menunda haid, diminum 2x sehari, kira-kira 5 hari sebelum tanggal haid, dan berhenti jika sudah selesai, haid akan datang 3 hari setelah kita selesai minum, jika tidak haid juga, maka harus ke dokter) obat ini dijual di apotek, ada apotek yang mengharuskan resep dokter, ada juga yang tidak. Oya, sekedar informasi saya tidak minum obat malaria sepanjang perjalanan ini, dan untungnya saya tidak terkena malaria sampai dengan tulisan ini dibuat.

Kembali ke pulau Rinca, keadaan pulau ini kurang lebih sama dengan pulau Komodo, hanya jumlah komodonya yang lebih banyak dan lebih terlihat bebas berkeliaran dimana-mana. Kami sempat dicegat komodo saat perjalanan kami.

Kami juga menemukan komodo betina yang sedang menggali tanah untuk menjadi sarangnya bertelur. Ya betul, komodo jantan adalah hewan yang tidak bertanggung jawab, mereka hanya bertugas menghamili komodo betina, lalu meninggalkan komodo betina tersebut dan membiarkan komodo betina itu membangun sarangnya sendiri dan melahirkan.

Anak komodo yang baru dilahirkan akan segera memanjat ke atas pohon agar tidak dimakan oleh ibunya, ya komodo adalah hewan kanibal yang tidak sungkan memakan anaknya sendiri. Anak komodo tersebut akan tinggal di atas pohon dengan memakan serangga yang lewat hingga umur mereka sudah cukup untuk turun dari pohon.

Saya dan ka Desy keasikan foto-foto sehingga tertinggal dari rombongan, untungnya ada 1 orang ranger menemani kami menuju ke tempat awal. Sepanjang perjalanan, pemandangan yang disuguhkan tidak kalah dengan pulau Komodo, langit yang sangat biru, ilalang, pohon-pohon yang walaupun gersang tapi menimbulkan kesan seperti sedang di savana.

Setelah traking, di pulau Rinca ada tempat beristirahat dimana kita bisa membeli minuman, makanan dan souvenir seperti kaus, pajangan, dan lain-lain khas komodo. Cukup beristirahat, kami kembali ke kapal dan melanjutkan perjalanan menuju destinasi terakhir yaitu Kelor Island sambil makan siang.

Kami sangat kecewa saat tiba di pulau Kelor, laut dan pantainya luar biasa indah, tapi suasana yang seharusnya hening hanya diisi suara angin dan air laut dirusak oleh suara musik jedak jeduk dipasang oleh warga lokal yang sedang berkunjung ke pulau tersebut. Terpaksa kami berusaha menikmati walaupun terganggu dan dalam kondisi tidak mungkin meminta mereka mematikan lagunya, karena biar bagaimanapun kamilah pendatang dan merekalah penduduk asli. Di pulau ini kami snorkling dan berjemur, airnya sangat jernih dan berwarna biru toska, sayangnya lagi, kami menemukan bungkus plastik makanan yang mengapung di air! Haduh sungguh merusak!

Setelah dari pulau Kelor, kami melanjutkan perjalanan terakhir kami yaitu darmaga Labuan Bajo. Selesai sudah sailing trip komodo kali ini, susah senang campur aduk dan terbayar dengan pemandangan yang sangat luar biasa selama perjalanan kami di laut 4 hari 3 malam!

Sampailah kami di darmaga Labuan Bajo, kami masih belum mendapat tempat untuk menginap malam ini, turun dari kapal, mengucapkan salam perpisahan, kami melanjutkan petualangan mencari tempat tinggal. Untk informasi, penginapan di Labuan Bajo tidak mengenal istilah booking, saya sudah mencoba booking hotel gardenia yang letaknya paling dekat dengan darmaga, tapi mereka mengatakan tidak boleh booking, jadi kita datang hari-H dan mencoba peruntungan ada tidaknya kamar kosong saat itu. Sayangnya hotel Gardenia di hari itu full, dengan membawa barang-barang, kami melanjutkan perjalanan menuju hotel selanjutnya, yang ternyata penuh juga. Saat berjalan, kami melihat kantor Kencana Tour, tour sailing trip kami, karena cuaca panas, kami memutuskan untuk ngadem dulu di kantor tersebut. Ternyata di kantor itu ada pak Figo yang menjadi perantara kami dalam memesan tur ini. Dia membantu kami mencari tempat penginapan dengan menelepon beberapa penginapan. Akhirnya ada 1 penginapan yang masih mempunyai beberapa kamar kosong, namanya Blessing Hotel. Kami dijemput dengan mobil hotel menuju lokasi. Tarifnya tidak terlalu mahal, untuk kamar 2 tempat tidur dan kamar mandi dalam, cukup membayar Rp200rb sudah termasuk sarapan besok, kamarnya juga bersih walaupun toilet sempat bermasalah. Setelah mendapat kamar, kami memutuskan leha-leha dan mandi sebentar sebelum ke Paradise Restaurant.

Saat waktu sudah menunjukan pukul 5 sore, kami beranjak dari hotel dan menyewa mobil hotel Rp50rb untuk mengantar kami ke Paradise Resto.

Kami banyak membaca tentang resto ini di blog dan ia masuk trip advisor untuk Labuan Bajo, disini katanya kita bisa menikmati sunset, dan benar saja, saat tiba waktunya, sunsetnya sangat indah, warna gradasi dari ungu, biru, pink, oranye, kuning sangat indah.

Selain itu darmaga labuan bajo sungguh indah bila dilihat dari restoran ini. 

Kalau dilihat dari gambar mirip Ha Long Bay kan? ahhahahah. Benar-benar indah! Pukul 8 malam, ada live band aliran reggae yang manggung, pengunjung juga bisa ikut berkontribusi menyanyikan lagu aliran reggae. Kami berbincang hingga tengah malam di resto ini lalu kami kembali ke hotel dan beristirahat.

Read Full Post »

Sabtu, 18 Agustus 2012

Gili Laba, Pink Beach, Pulau Komodo & Pulau Kalong

Pukul 12 saya terbangun lagi, kali ini ombaknya lebih besar dari yang tadi, saya hanya bisa pasrah sambil berusaha memikirkan hal-hal yang menyenangkan dibanding memikirkan kapal tenggelam dan kami semua terombang-ambing di laut gelap. Pukul 3 pagi, kapal kami tiba-tiba berhenti, kami pun bingung ada apa? ka Alin turun ke bawah dan menanyakan ke kapten kapal, apa yang menyebabkan kapal kami berhenti di tengah-tengah laut yang gelap dan tidak terlihat apa-apa itu? Sang kapten pun menjawab bahwa di depan terlihat tanda-tanda bahwa ombak besar, tanda tersebut berupa percikan air. Mendapat jawaban seperti itu, kami lemas dan khawatir, karena ombak sebelumnya sudah terasa besar, berarti ombak yang akan kami hadapi nanti lebih besar lagi dibanding yang tadi. Disinilah posisi kami malam ini. Kapal berhenti selama 2jam, pukul 5 pagi, kapal berangkat, dan benar apa yang dikatakan oleh kapten tadi, ombaknya lebih dahsyat daripada yang pertama maupun kedua! Kami dalam posisi tertidur, tapi terguling-guling kanan kiri depan belakang, sungguh situasi yang sangat menegangkan dimana pikiran saya tidak bisa lagi diajak berkompromi masalah keparnoan akan kematian. Kapal goyang kanan-kiri-depan berulang-ulang terkadang pelan terkadang sangat miring hingga rasanya air pasti masuk ke dalam kapal. Hal yang paling saya takutkan adalah mesin kapal mati dan kami terombang-ambing di tengah laut yang sangat ganas ini. Walaupun bisa berenang, saya yakin dalam sekejab akan tenggelam bila berada di dalam laut saat ini. Saya sempat berdoa dalam hati agar kami tetap dilindungi dan bisa selamat sampai matahari terbit, agar bisa tertidur, saya minum antimo setengah tablet yang untungnya ampuh dan saya tertidur selama kurang lebih 2 jam. Saat terbangun, matahari sudah terbit dan keadaan sudah terang, walaupun ombak masih agak kencang, tapi sudah lebih lumayan daripada tadi subuh. Menurut si kapten, ombak tadi baru setinggi 2.5m biasanya sampai ketinggin 4m, saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau kami melewati ombak 4m! Ombak yang sangat kencang membuat awak kapal tidak bisa memasak sarapan kami, sehingga kami hanya sarapan pop mie yang enak sekali dimakan saat mual karena ombak. Banyak diantara kami yang mual karena ombak semalam, bule-bule yang tidur di lantai bawah bercerita bahwa mereka masing-masing memeluk life jacket karena takut kapal tenggelam, air laut juga seperti perkiraan saya, masuk ke dalam kapal.

Tak berapa lama kemudian, kami sampai di Gili Laba! Kapal kami seperti biasa berhenti di tengah laut sehingga kami harus berenang atau naik kano untuk sampai ke daratan. Saya memilih naik kano, lalu mulai mendaki bukit Gili Laba, untuk mencapai puncak bukit, ada 4 tempat pemberhentian, pada tempat pemberhentian pertama, saya masih merasa biasa saja, tapi nafas mulai terseok-seok saat menuju tempat pemberhentian kedua. Saya merasa tidak sanggup, akhirnya memutuskan beristirahat dan duduk disitu. Tri yang juga sudah tidak kuat duduk bersama saya dan sempat muntah juga, lalu ka Alin yang awalnya hanya menemani kami, akhirnya ikut duduk juga, jadi yang melanjutkan perjalanan ke puncak bukit hanya ka Desy dan beberapa bule. Dari tempat kami duduk, kami bisa melihat Gili Laba yang sangat menakjubkan! Kami bisa melihat laut dengan warna biru gradasi, langit biru cerah, bukit kecoklatan serta ilalang tinggi yang tumbuh di bukit. Sangat indah dan persis seperti foto-foto di internet. Kami menikmati pemandangan dan angin sepoy-sepoy sambil berbincang. Sungguh tempat yang paling indah yang saya lihat dibanding tempat sebelumnya yang kami datangi. Setelah melihat tim yang naik ke puncak sudah turun, kami pun ikut turun dan kembali ke kapal. Selesai mendaki, kami diberikan makan siang yang kami makan dengan sangat lahap. Kapal menuju pemberhentian berikutnya yaitu Pink beach atau pantai merah, karena pasirnya yang berwarna pink bila terkena air laut. Di pink beach kita bisa snorkling dan berjemur di pantainya. Sayangnya saya tidak bisa membawa kamera ke pantai pink ini, karena harus berenang untuk menuju pantainya. Setelah dari Pink beach, kapal pun melanjutkan perjalanan menuju pulau Komodo! yang merupakan puncak dari perjalanan kami, setiap orang tampaknya sudah tak sabar.

Perjalanan sekitar 2 jam dari pink beach, sampailah kami di pulau Komodo. Awalnya kami diberikan pilihan apakah mau yang short-medium-long track. Kami memilih yang long track dengan durasi 2 jam perjalanan. Sang ranger berkata kalau mereka tidak menjanjikan apakah nanti kami akan bertemu dengan komodo atau tidak, karena hal tersebut tidak bisa diprediksi dan tergantung keadaan nanti di lapangan seperti apa. Sepanjang perjalanan kami melihat babi hutan, ayam hutan, rusa, burung kakak tua, dan berbagai macam bunga tumbuh-tumbuhan. Sedikit mendaki ke bukit, kami menemukan komodo pertama kami yang sedang berjemur di bawah pohon. Kami pun segera mengerubungi komodo tersebut dan mengambil foto. Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan, tak jauh dari tempat tadi, kami menemukan lagi komodo yang sedang berjemur juga.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan menemukan cicak terbang serta pohon labu hutan. Sambil menikmati pemandangan pohon-pohon, tumbuhan, bunga, dan langit yang sangat biru.

Kami hampir melewati komodo ketiga kami, yang sedang berjemur juga di lapangan, warnanya yang kecoklatan memang agak membuat ia tersamar dari warna tanah dan daun, posisi komodo ini lebih jelas dari dua sebelumnya, kami agak lama mengambil foto disini. Komodo sangat panjang bila dihitung dengan ekornya, ia tampak sudah biasa menikmati perhatian dari pengunjung, katanya memang komodo di taman nasional lebih jinak bila dibandingkan dengan komodo di pulau rinca yang akan kami datangi besok. Sang ranger mengingatkan kami bahwa waktu sudah mulai sore, kami harus bergerak agak cepat agar bisa melanjutkan perjalanan ke pulau kalong. Sampai di darmaga, awak kapal kami sudah memanggil kami untuk bergerak cepat karena waktu sudah hampir sunset. Setelah semuanya sudah lengkap, kami masuk ke kapal dan perjalanan dilanjutkan ke pulau kalong untuk melihat perpindahan kalong dari pulau yang satu ke pulau yang lain. Mereka melakukan perpindahan secara berkelompok, sehingga tampak indah di langit sunset. Selesai sudah pertunjukan kalong, kami menikmati makan malam di perahu untuk yang terakhir kalinya. Tak terasa ini sudah malam terakhir kami menginap di perahu. Malam itu kami menginap di pulau Kalong.

Read Full Post »

Jumat, 17 Agustus 2012

Pulau Moyo & Pulau Satonda

Hari ini hari kemerdekaan Indonesia yang spesial karena saya merayakannya di tanah NTB. Saat masih subuh ka Alin membangunkan saya, mengajak saya dan ka Desy untuk menyaksikan sunrise pertama kami di sailing trip ini. Turun ke bawah berjalan menuju dek, dan inilah sunrise pertama yang terbit dari balik pulau moyo sangat indah karena awalnya terlihat malu-malu mengintip dari balik pulau lalu perlahan-lahan naik hingga terlihat bulat sempurna. Pemandangan yang sangat indah dinikmati dari dek kapal. Tidak berapa lama kemudian, tibalah kami di Pulau Moyo. Kesan pertama saat melihat dari kejauhan, terlihat seperti hutan, kapal kami berhenti di tengah laut sehingga kami menaiki kano untuk sampai ke daratan, tapi si bule-bule langsung terjun dari kapal berenang menuju pulau.

Tempat kedua yang kami kunjungi setelah Gili Bola kemarin adalah pulau Moyo, dimana kami akan diajak melihat air terjun air tawar. Untuk menuju air terjun tersebut, kami treking sekitar 20 menit melewati pohon dan sungai. Setelah sampai saya sangat kecewa, karena air terjunnya tidak sesuai dengan gambaran yang saya bayangkan dan foto-foto di internet. Si bule-bule itu pun tampak kecewa dengan sarkas melontarkan kalimat ‘wow, amazing!’ 😀 saya saja kecewa, apalagi mereka yang sudah jauh-jauh datang kesini, pasti sangat kecewa. Air terjunnya sendiri mengalir deras dari bebatuan yang berlumut, dikelilingi pohon dan akar pohon. Air penampung di kolam bawah kotor dengan cairan yang saya tidak tahu itu cairan apa, tapi penampakannya seperti minyak. Kami pun berendam dan bermain air terjun. Mas- mas tour memberitahukan bahwa di atas ada air terjun yang biasa dipakai untuk terjun-terjun, karena saya mengambil foto dulu, saya tertinggal dari rombongan, awalnya saya sempat mencoba untuk naik ke atas sendiri, tapi karena batunya berlumut dan sangat licin, saya sempat terpeleset dan tergelincir hingga ke bawah, untungnya ada pasangan Austria yang sedang duduk-duduk, sehingga saya tertahan oleh mereka dan tidak terjatuh sampai kebawah. Sambil menunggu beberapa orang yang naik untuk turun, saya berendam menikmati air tawar yang sejuk mengalir sambil membersihkan luka yang saya dapat saat tergelincir tadi.

Tidak berapa lama kami kembali menuju kapal dan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Satonda. Perjalanan menuju pulau Satonda ditempuh selama kurang lebih 3 jam, laut tidak terlalu berombak, setelah makan siang di atas perahu, saya leyeh-leyeh dan tidur siang.

Sampailah kami di Pulau Satonda, pemberhentian ketiga kami. Di pulau ini kami mengunjungi danau satonda yang agak mistis.

Saya tidak tahu apakah kita bisa berenang di danau tersebut seperti kalau di danau toba, tapi penampakan airnya hitam, sehingga tidak ada orang yang berenang disitu. Saya melihat pohon mistis seperti yang saya baca di blog-blog, batu-batu kecil diikat bergelantungan pada akar-akar pohon tersebut. Hanya grup kami yang berada di pulau tersebut, suasana sangat sepi dan tenang, setelah berfoto sebentar, kami pun kembali ke dermaga dan melanjutkan perjalanan menuju NTT. Menurut kapten kapal kami, nanti kami akan melewati 3 titik yang ombaknya besar sehingga akan membuat kapal bergoncang. Tiga titik itu akan kami lewati pada pukul 22.00; 24.00 dan 03.00. Saya hanya bisa berharap semoga ombak tidak terlalu besar saat kami lewat. Setelah menikmati makan malam kami di perahu, kami pun tidur dan mempersiapkan mental.

Pukul 10 malam saya terbangun karena goncangan ombak yang cukup besar, tiba-tiba lapar, kami makan pop mie dan cemilan yang ada sambil berusaha menghilangkan perasaan mual akibat goncangan ombak. Setelah selesai makan pop mie dan cemilan lain, serta berinternet sebentar (ya benar, ada sinyal Telkomsel di tengah laut ini! hebat ya :D) kami tertidur lagi. Inilah posisi kami saat ini.

Read Full Post »

Kamis, 16 Agustus 2012

Pukul 6 pagi saya sudah terbangun, tapi saya masih leyeh-leyeh sekaligus internetan. Ternyata ka Desy dan ka Alin bangun pagi juga tapi langsung keluar jalan pagi menuju pantai. Setelah mereka kembali dari jalan paginya, kami sarapan dengan pilihan menu nasi goreng atau roti, saya memilih menu nasi goreng yang rasanya lumayan enak dilengkapi dengan teh manis hangat, saya siap menjalani hari ini. Kami dijanjikan dijemput pukul 10 kurang 15, tapi sampai pukul 10, tur kami belum datang, kami sudah siap menunggu di lobi guest house yang sekaligus tempat makan juga. Pukul setengah 11 tepat akhirnya mobil atau mini bus datang, agak kagum juga karena awalnya saya kira akan dijemput mobil elf atau avanza, ternyata minibus dengan kapasitas 20 orang peserta dan orang turnya. Kami peserta kedua terakhir yang dijemput, setelah menjemput kami, orang terakhir yang dijemput adalah Luke solo traveller dari Amsterdam yang sekaligus peserta termuda di trip ini, berumur 20 tahun. Kami berempat menjadi satu-satunya peserta dari Indonesia alias pribumi, peserta lainnya ada yang solo traveller dari London, Australia, Amsterdam, Brazil, Swiss lalu ada peserta berpasangan dari Inggris, Austria, Spanyol, serta peserta grup juga berempat dari Prancis. Peserta sudah dijemput semua, minibus berangkat menuju pemberhentian pertama, markas besar kantor kencana tur untuk briefing singkat mengenai trip ini.
Sampailah kami di kantor kencana tur

Disana sudah siap beberapa pegawai yang akan menerangkan apa-apa saja yang akan kami lakukan dan tips selama perjalanan. Intinya kami diingatkan untuk selalu dekat dengan ranger yang menemani kami saat di pulau komodo dan pulau rinca, karena air liur komodo yang berbakteri bisa mengakibatkan kematian seperti yang terjadi pada turis Kanada dan Jepang. Selesai briefing, kami diperbolehkan belanja di mini market yang letaknya di samping kantor, ke kamar mandi atau buka internet. Kami belanja stok makanan lagi di minimarket, merasa yang kemarin masih belum cukup, kami menambah beberapa makanan dan minuman lagi sampai satu kardus khusus makanan minuman. Pukul setengah 12 perjalanan dilanjutkan, dan sempat mampir di pasar tradisional dimana tur kami mengambil stok bahan makanan selama di kapal. Pemberhentian berikutnya langsung ke darmaga di Lombok tempat kapal kayu kami berlabuh, menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam yang lumayan bikin ngantuk. Di jalan dibagikan makan siang berupa mie goreng yang langsung lahap saya habiskan.
Selama 3 jam perjalanan, akhirny sampai juga kami di darmaga dengan selamat. Ada beberapa kapal yang berlabuh disana, kami sempat mengira-ngira yang mana kapal kami, ada beberapa kapal besar dan kapal kecil, ternyata kapal yang akan kami tinggali selama 4 hari 3 malam adalah kapal kayu kecil 2 lantai, lantai pertama menjadi dek, tempat makan bersama, dan tempat tidur untuk beberapa orang. Lantai atas menjadi tempat tidur. Kami dengan sigap memilih posisi matras yang menurut kami paling nyaman, yaitu paling ujung kapal, tepat diatas dapur, karena hanya saya yang bawa sleeping bag, maka saya ditempatkan di paling ujung belakang kapal. Setelah semua barang dan peserta masuk kapal, kira-kira pukul 5 sore kapal pun berangkat menuju pemberhentian pertama kami, Gili Bola. Inilah sunset pertama kali di trip ini.

Read Full Post »

Rabu, 15 Agustus 2012

Trip kali ini pesertanya ka Alin, ka Desy, Tri, dan saya. Kami 4 wanita nekat yang siap bertualang menjelajah laut 😀 Saya sudah memimpikan trip ini sejak tahun lalu, dari mulai mencari teman yang mau turut serta tapi agak sulit karenatrip ini lebih ke adventure dan agak bersusah-susah. Peserta pertama yang mau ikut adalah k alin, awalnya saya hanya iseng cerita kalau ada sailing trip menuju pulau Komodo, ternyata dia mau untuk ikutan. Lalu ka Alin mengajak ka Desy serta Tri yang semuanya mau untuk ikut, walaupun awalnya ka Desy sempat ragu karena dia tidak bisa berenang padahal di trip ini kami akan tinggal di kapal selama 4 hari 3 malam. Lalu ada 1 peserta lagi ka Ribka yang akhirnya batal ikut karena ibunya sakit keras.

Perencanaan dimulai sejak bulan Februari, sailing trip ini rutin berangkat tiap selasa dan kamis dari Lombok dan berakhir di pulau Komodo. Pertama kali yang harus fix tentu saja tur-nya, mulailah kami googling, baca blog-blog orang yang pernah ikut, baca paket-paket tur yang ternyata banyak sekali. Setelah hasil pencarian, ternyata semua tur sama saja isi itinirary-nya, harganya pun hampir sama, kisaran 1.5jt-1.55jt untuk trip 4hari di kapal, kecuali mau yang super ekslusif harganya lebih mahal.
Setelah telepon sana sini, ka alin berhasil menghubungi salah satu tur dan langsung di book. Tur sudah fix, mulailah kami mencari tiket, tiket yang kami perlukan adalah tiket untuk ke Lombok, tiket pulang Labuan Bajo-Denpasar, dan tiket dari Denpasar-Surabaya. Tiket pertama yang kami beli justru tiket rute terakhir yaitu Denpasar-Surabaya, karena waktu itu citilink sedang promo Rp200rb. Tiket kedua yang kami beli Surabaya-Lombok Rp700rb. Tiket terakhir yang kami beli Labuan Bajo – Denpasar, karena sempat bingung dengan pilihan maskapainya, akhirnya kami memutuskan pakai merpati dengan harga tiket sekitar Rp700rb.

Rabu 15 Agustus, hari yang dinantikan tiba, sudah siap dengan segala persiapan mulai dari obat pencegah malaria, obat penunda haid, segala vitamin, antimo, tolak angin, dan berbagai macam obat-obatan. Berangkat lah kami menuju Lombok. Tiba di Lombok pukul 20.00, kami makan malam dulu berbekal nasi yang kami bawa dari Surabaya, lalu kami menunggu ka Desy dan Tri yang berangkat dari Jakarta. Bli Yoga (08175781428) yang menjemput kami sudah datang, dengan harga sewa Rp175rb mobil avanza, saya rasa harga yang lumayan masuk akal, karena ternyata Damri hanya beroperasi bila penumpang penuh, kadang penumpang diturunkan di tengah jalan bila memang hanya sedikit yang diantar. Lalu ada juga taxi blue bird yang saya rasa tidak cukup menampung kami beserta bawaan kami. Lalu jangan kaget juga dengan sambutan warga lokal lombok yang sangat antusias menyambut penumpang pesawat yang baru landing, mereka menunggu dengan sangat setia di luar bandara lalu berdiri dan berkumpul di depan pintu kedatangan untuk menyaksikan para penumpang yang baru tiba, agak aneh dan bingung juga sih, tapi mungkin ini hiburan bagi mereka seperti pasar malam. Pukul 22.00 tri dan k desy tiba, kami pun berangkat ke Sendok Guest House tempat kami menginap malam ini.

Perjalanan dari bandara ke senggigi lokasi tempat kami menginap sekitar 1,5jam. Sampai di senggigi kami makan malam dulu di warung tenda dekat sendok. Ternyata tempatnya lebih bagus dibanding foto di Agoda, untuk harga 117rb/orang/malam, tempat ini rekomen, bersih, letaknya pinggir jalan, dekat dengan mini market dan atm.

Selesai makan, kami langsung istirahat dan tidur.

Read Full Post »

Older Posts »